Macam-macam Hisab

Hisab menurut Etiomologi (bahasa) secara luas berarti Penghitungan, sedangkan Hisab menurut Terminologi (istilah Ilmu Falak) adalah penghitungan awal bulan Qamariyah dengan menggunakan beberapa macam dan methode Hisab tertentu.

Jadi penggunaan kata Hisab pada selain Bab Hisab Awal Bulan Hijriyah itu adalah makna Hisab secara bahasa, karena seperti yang telah disebutkan di atas, muqabil (perbandingan) kata Hisab adalah Rukyat.

Dan artikel ini secara khusus akan membicarakan mengenai Macam-macam Hisab sesuai urutan tingkat akurasinya.

Macam-macam Hisab

Hisab Kontemporer | Modern

Hisab yang memiliki tingkat akurasi tertinggi adalah Hisab Kontemporer atau Hisab Modern. System Hisab ini menggunakan alat Bantu komputer yang canggih dengan rumus-rumus Algoritma. Sebenarnya, system Hisab ini dilakukan oleh program komputer yang telah menjadi softwere dengan tingkat keakuratan yang dianggap lebih tinggi (Hight Quality Accuration). Contoh softwarenya adalah: Jean Meeus, New Comb, Astronomical Almanac, Mawaqit Ascrip dan lain sebagainya.

Hisab Haqiqi Tahqiqi:

Hisab yang memiliki tingkat akurasi yang tinggi kedua adalah Hisab Hsqiqi Tahqiqi. Hisab ini Merupakan pengembangan dari system Hisab Haqiqi yang diklaim oleh penyusunnya memiliki tingkat akurasi yang sangat tinggi sehingga mencapai derajat pasti. Derajat pasti ini sudah dibuktikan secara ilmiah dengan menggunakan kaidah-kaidah ilmiah juga. Dan perhitungannya telah menggunakan system komputerisasi sehingga bilangan angka tidak ada yang terpotong. Contoh kitab yang menerangkan Hisab Haqiqi Tahqiqi adalah Nurul Anwar.

Macam-macam Hisab

Hisab Hakiki

Hisab Hakiki merupakan Hisab yang menduduki urutan ke tiga yang memiliki tingkat akurasi tinggi, Hisab Hakiki adalah sistem Hisab yang didasarkan pada peredaran Bulan dan Bumi yang sebenarnya. Menurut sistem ini umur tiap bulan tidaklah konstan dan juga tidak beraturan, melainkan tergantung posisi Hilal setiap awal Bulan. Artinya boleh jadi dua bulan berturut-turut umurnya 29 hari atau 30 hari. Bahkan boleh jadi bergantian seperti menurut Hisab Urfi. Dalam wilayah praksisnya, sistem ini mempergunakan data-data Astronomis dan gerakan Bulan dan Bumi serta menggunakan kaidah-kaidah ilmu ukur Segitiga Bola (Spherical Trigonometry).

Hisab Taqribi

Hisab Taqribi (Aprokmasi) adalah sistem Hisab yang sudah menggunakan kaidah-kaidah Astronomis dan Matematis, namun masih menggunakan rumus-rumus sederhana, namun hasil tingkat keakuratannya cukup tinggi. System Hisab ini merupakan warisan dari para Ilmuan Falak Islam masa lalu dan hingga sekarang system Hisab ini menjadi acuan pembelajaran Hisab di berbagai pesantren di Indonesia.

Hasil Hisab Taqribi sering dipergunakan pada saat penentuan Ijtimak (Konjungsi) dan Tinggi Hilal menjelang tanggal Satu Bulan Qamariah, memang tentunya terjadi adanya selisih dengan perhitungan Astronomis Modern.

Macam-macam Hisab

Beberapa kitab Ilmu Falak yang berkembang di Indonesia yang termasuk kategori Hisab Taqribi ini adalah Sullam An-Nairain, Ittifadzatilal-Banin, Fathu Ar-Rauf Al-Mannan, Al-Qawa'idu Al-Falakiyah dan lain sebagainya.

Hisab Urfi

Hisab yang paling rendah tingkat akurasinya adalah Hisab Urfi. Hisab ini yang melandasi perhitungannya dengan kaidah-kaidah sederhana. Pada system Hisab ini, perhitungan bulan Qamariah ditentukan berdasarkan umur rata-rata Bulan sehingga umur Bulan dalam setahun qomariah barvariatif diantara 29 dan 30 hari.

Pada system Hisab Urfi ini, Bulan yang bernomor ganjil dimulai dari bulan Muharram berjumlah 30 hari, sedangkan bulan yang bernomor genap dimulai dari bulan Shafar berjumlah 29 hari. Tetapi khusus bulan Dzulhijjah (bulan ke-12) pada tahun kabisat berjumlah 30 hari. 

Macam-macam Hisab

Dalam Hisab Urfi juga mempunyai siklus 30 tahun (1 Daur) yang di dalamnya terdapat 11 tahun yang disebut tahun Kabisat memiliki 355 hari pertahunnya dan 19 tahun yang disebut tahun Basithah yang memiliki 354 hari pertahunnya. Tahun kabisat ini terdapat pada tahun ke-2, 5, 7, 10, 13, 16, 18, 21, 24, 26 dan ke-29 dari keseluruhan selama 1 Daur (30 tahun). Dengan demikian, periode umur Bulan menurut Hisab Urfi adalah (11 X 355 hari) + (19 X 354 hari) : (12 X 30 tahun) = 29 hari 12 jam 44 menit, walau terlihat sudah cukup teliti, namun yang menjadi masalah adalah aturan 29 dan 30 hari serta aturan Kabisat yang tidak menunjukan posisi Bulan yang sebenarnya dan sifatnya hanya pendekatan saja. Oleh sebab itulah, maka system Hisab Urfi ini tidak dapat dijadikan acuan untuk penentuan awal bulan yang berkaitan dengan ibadah misalnya bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah.

Diantara judul Artikel Blog ini yang menggunakan Hisab Urfi adalah ;

Bagaimana Posisi Hisab dalam Penentuan Waktu Ibadah?, ikuti ulasannya disini.

Cukup sekian Artikel mengenai Macam-macam Hisab yang dapat disampaikan dalam kesempatan kali ini.

Terima kasih.
Buka Komentar