Perlu diketahui bahwa Metode perhitungan waktu Shalat yang dipengaruhi oleh kecemerlangan langit
adalah waktu Shalat yang ditetapkan oleh Syar’i berdasarkan bias cahaya Matahari.
Hal ini bisa dipastikan dalam perhitungan penentuan waktu Shalat Isya dan Subuh, karena kedua Shalat inilah yang ditetapkan oleh Al-quran dan hadis berdasarkan bias cahaya fajar dan cahaya senja. Selama ini untuk kadar cahaya senja yang merupakan patokan bagi awal waktu Shalat Isya ditetapkan saat matahari berada pada posisi -18 derajat di bawah ufuk Barat, sedangkan untuk kadar cahaya fajar yang merupakan patokan bagi awal waktu Shalat Subuh sudah ditetapkan saat Matahari menempati posisi -20 derajat di bawah ufuk Timur.
Pengaruh Kecemerlangan Langit Terhadap Perhitungan Waktu Shalat
Di Indonesia kadar kecemerlangan langit semakin hari semakin redup, hal ini diakibatkan oleh polusi dan pemanasan global. Kadar kecemerlangan langit di suatu daerah sangat tergantung pada komposisi Partikel Aerosol dan Partikel Awan yang ada dalam atmosfer suatu daerah. Hal ini telah disampaikan oleh seorang ahli Matahari Universitas Teknologi Bandung, Dhani Herdiwijaya. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada beberapa tempat di Indonesia yaitu Kupang, Lembang, Yogyakarta, Cimahi dan Bandung telah mendapatkan sebuah hasil terhadap data kecemerlangan langit yang berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah yang lain.
Peringkat daerah yang paling cerah dimiliki oleh Kupang, kemudian Yogyakarta dan Lembang, dan peringkat terakhir Cimahi dan Bandung.
Berangkat dari beberapa fakta di atas dapat disimpulkan bahwa kondisi kecemerlangan langit di Indonesia semakin hari semakin redup, keredupan langit sangat mempengaruhi penentuan awal waktu Isya dan Subuh, karena kedua shalat ini ditentukan berdasarkan kadar bias cahaya fajar dan senja. Dalam hal pengamatan kadar kecemerlangan langit untuk awal waktu Shalat Isya dan awal waktu salat Subuh, peneliti juga pernah melakukan pengamatan cahaya senja dan fajar bersama tim Himpunan Astronomi Amatir Aceh dengan mengambil lokasi di Kota Lhokseumawe pada bulan Juni dan Juli 2013. Pengamatan ini dilakukan 3 (tiga) kali untuk penetapan kadar bias cahaya fajar dan 5 (lima) kali untuk kadar bias cahaya senja.
Hasil Penelitian
Dari hasil pengamatan yang telah peneliti lakukan terhadap kadar kecemerlangan langit, dapat disimpulkan bahwa Tinggi Matahari waktu Isya' yang telah ditetapkan -18 derajat adalah sudah tepat adanya, begitu juga dengan Tinggi Matahari waktu Shubuh yang ditetapkan -20 derajat sudah sangat tepat.
Demikian Artikel Pengaruh Kecemerlangan Langit Terhadap Perhitungan Waktu Shalat. Semoga bermanfaat.
Terima kasih.